Kamis, 13 Agustus 2009

AMALAN MENYAMBUT KELAHIRAN SI BUAH HATI

AMALAN MENYAMBUT KELAHIRAN SI BUAH HATI

Anak adalah buah hati setiap orang tua, dambaan disetiap keinginan orang tua serta penyejuk hati bagi keletihan jiwa orang tua. Anak tidak lahir begitu saja, anak terlahir dari buah cinta sepasang hamba Allah subhanahu wa ta’ala yang merupakan amanat wajib untuk dijaga, diasuh dan dirawat dengan baik oleh orangtua.
Karena setiap amanat akan dimintai pertanggungjawaban. Sebagaimana hadist sahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Ibnu Umar yang berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya, seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya dan seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarga dan akan dimintai tanggungjawab atas kepemimpinannya, dan wanita adalah penanggung jawab terhadap rumah suaminya dan akan dimintai tanggungjawabnya serta pembantu adalah penanggungjawab atas harta benda majikannya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Pertanggung jawaban orang tua tersebut baik di dunia ataupun di akherat, namun tatkala anak sudah baligh maka mereka bertanggung jawab atas diri mereka sendiri. Salah satu contoh dari pertanggung jawaban tersebut adalah dengan memelihara diri dan keluarga dari api neraka:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar yang keras yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6)
Dan hal ini dapat diwujudkan dengan memberi pendidikan kepada anak dengan pendidikan yang baik sesuai Al Qur’an dan As sunnah sebagai bekal perjalanan di dunia maupun di akherat. Sebagaimana perkataan Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhu, “Didiklah anakmu karena kamu akan ditanya tentang tanggungjawabmu, apakah sudah kamu ajari anakmu, apakah sudah kamu didik anakmu dan kamu akan ditanya kebaikanmu kepadanya dan ketaatan anakmu kepadamu.”
Pendidikan tersebut banyak cabangnya satu diantaranya adalah pendidikan akhlak, akhlak anak yang baik dapat menyenangkan hati orang lain baik orangtua atau orang-orang di lingkungan. Bahkan akhlak yang sesederhana sekalipun misalnya memberikan wajah berseri saat bertemu dengan saudara muslim yang lain.
Pendidikan di dalam masyarakat islam bermula dari individu. Pendidikan individu bermula sejak dia di dalam kandungan ibu. Malah, sebelum itu, yaitu pada diri orangtua anak ini. Orangtua mestilah terlebih dahulu mendidik diri mereka sendiri agar menjadi seorang muslim yang soleh. Seorang mukmin yang patuh dan tunduk kepada perintah Tuhannya, Allah SWT.
Kemudian berlanjut kepada masa pemilihan bakal isteri atau suami. Masa pertunangan. Pernikahan. Hubungan jenis dan juga selama mengandung. Dalam waktu ini ada peraturan, ada adab-adab dan juga ada amalan yang diajarkan oleh al-Quran dan Sunnah.
Sesungguhnya agama islam sangat memperhatikan manusia dengan perhatian khusus sejak usia dini, masa mudanya hingga mencapai usia dewasa, bahkan sampai dengan usia lanjut sekalipun. Agama islam tidak pernah menelantarkan manusia sejak is memasuki kehidupan dunia. Akan tetapi islam memberlakukan hukum-hukum yang diwajibkan atas orang yang Allah karuniakan anak kepadanya, agar ia melaksanakan hukum-hukum yang diwajibkan atasnya.
Berikut ini adalah seputar amalan dalam menyambut kelahiran sang buah hati dalam kerangkah sunah nabi Muhammad saw;

1. Memuji Allah SWT
Bagi siapapun yang telah dianugerahi dengan apapun termasuk diantaranya adalah anugerah anak, maka hendaklah mereka mengucapkan syukur dengan memuji Allah SWT. Karena dengan syukur dan ungkapan pujian tersebut akan berakibat terhadap bertambahnya nikmat, sebagaimana diungkapkan dalam firman Allah swt yang artinya; "Jika kalian bersyukur, aku akan menambah (nikmat) untuk kalian."(Qs.Ibrahim:7)
Bentuk apapun dan berjenis kelamin apapun, tetaplah rezeki, tetaplah anugrah dan tetaplah nikmat yang senantiasa harus disyukuri. Oleh sebab itu, jika dikaruniai anak perempuan hendaklah tetap bersyukur dan bersabar dan janganlah pernah murka, menolak atau bahkan marah serta berperilaku buruk terhadapnya. Karena hal itu merupakan akhlak dan perilaku orang-orang jahiliyah. Sebenarnya kehadiran anak perempuanpun sama saja seperti kehadiran anak perempuan, memiliki hikmah dan keutamaan. Seperti hadist Rasulullah yang berarti ;"Barang siapa yang mengasuh dua orang anak wanita sampai baligh, dia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan aku dan dia demikian." Beliau menggabungkan dua jarinya." (HR.Muslim)
Selain itu Rasulullah saw juga bersabda yang artinya ;"Barang siapa yang memiliki tiga orang anak wanita dan bersabar atas mereka, memberi makan, minum dan pakaian dengan jerih payah usahanya, maka mereka akan menjadi hijab baginya dari api neraka." (HR. Al-Bukhori)

2. Adzan dan Iqomah ???...
Sengaja sub-judul di atas diberi tanda tanya, agar Anda memperhatikan hal ini baik-baik. Sebab, hampir tidak ada penulis yang membahas masalah ini kecuali mengatakan bahwa mengadzani bayi adalah sunnah.
Perlu ditegaskan, bahwa mengadzani telinga bayi tidak disyari’atkan karena seluruh riwayat tersebut lemah dan tidak dapat terangkat ke derajat hasan. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh ahli hadits abad ini Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah dalam Silsilah Ahadits Dho’ifah no. 321.
Namun tidak ada salahnya kira para orangtua mengerjakannya sebagai bentuk mula pendidikan agama bagi anak-anaknya. Di antara pendidikan awal terhadap anak ialah sesaat setelah dia dilahirkan ke dunia. perkara pertama yang sunat dilakukan ialah mengazankan dan mengiqomahkan ke telinga anak.
Azan di telinga kanannya. Iqomah di telinga kirinya. Dalilnya ialah hadis Nabi saw. : Dari Abu Rafi', katanya, "Aku melihat Rasulullah saw. mengumandangkan azan di telinga al-Hasan bin Ali ketika ibunya (Fatimah) melahirkannya." (HR Abu Daud & al-Tarmizi).
Dari al-Hasan bin Ali dari Rasulullah saw., baginda bersabda, "Barangsiapa yang anaknya baru dilahirkan, kemudian dia mengumandangkan azan ke telinga kanannya dan iqamat di telinga kirinya, maka anak yang baru lahir itu tidak akan terkena bahaya 'ummu shibyan'."
'Ummu shibyan' ialah angin yang dihembuskan kepada anak, sehingga anak itu takut kepadanya. Ada juga yang berkata bahwa ia adalah 'qarinah', yaitu jin.
Mengapa Azan dan Iqamat? Adalah wajar anak2 ini diazankan dan diiqamatkan agar kalimah pertama yang didengarnya dan tembus ke gendang telinganya adalah kalimah seruan Yang Maha Agung. Kalimah yang mengandung kesaksian (syahadah) terhadap keesaan Allah dan kesaksian terhadap kerasulan Muhamad bin Abdullah saw.
Anak yang baru menghirup udara dunia ini telah diajarkan dengan aqidah dan syariat islam, sebagaimana seseorang yang akan mati diajarkan dengan kalimah tauhid 'Laa ilaha illallah'. Agar pengaruh azan ini dapat meresap ke dalam diri anak ini.
Azan ini ialah untuk mengusir syaitan yang memang menanti-nanti kelahiran bayi ini. Azan dikumandangkan ke telinga bayi agar seruan dakwah kepada Allah dan agamanya dapat mendahului seruan jahat syaitan.
Azan dan iqomah yang diperdengarkan akan direkam oleh bayi tersebut yang menjadi sebagian dari pendidikan tauhid, syariat dan akhlak.

3. Tahnik
Di antara sunnah yang perlu diamalkan terhadap bayi ialah 'tahnik', yaitu menggosok langit-langit bayi dengan kurma. Caranya, kurma yang dikunyah diletakkan di atas jari, kemudian memasukkan jari berkenaan ke dalam mulut bayi. Gerak-geraknya ke kanan dan ke kiri dengan lembut hingga merata.
Jika sukar untuk memperoleh kurma, boleh diganti dengan manisan lain.
Dan yang lebih utama, 'tahnik' ini hendaklah dilakukan oleh seseorang yang mempunyai sifat taqwa dan soleh. Ini adalah sebagai suatu penghormatan danharapan agar anak ini juga akan menjadi seorang yang taqwa dan soleh.
Hadis Rasulullah saw. dari Abu Burdah, dari Abu Musa ra., katanya : "Aku telah dikurniakan seorang anak. Lalu aku membawanya kepada Nabi saw. dan baginda menamakannya dengan Ibrahim, men-'tahnik'-nya dengan kurma serta mendoakannya dengan keberkatan. Kemudian baginda saw. menyerahkannya kembali kepadaku." (HR Bukhari & Muslim)

4. Aqiqah
Di antara sunah menyambut kelahiran bayi ialah beraqiqah. Hadis Rasulullah saw.: Samirah, katanya Rasulullah saw. telah bersabda:"Setiap anak itu digadaikan dengan aqiqahnya. Disembelihkan untuknya pada hari ketujuhnya, diberi nama dan dicukur kepalanya."(HR Ashabus Sunan)
Dalam mazhab Syafie, hukumnya adalah Sunat Muakkad (sunat yang sangat digalakkan). Sabda Nabi s.a.w yang bermaksud: "Seorang anak terikat dengan aqiqahnya yang disembelih pada hari ke tujuh, dan dicukur serta diberi nama ." (Maksud hadis riwayat Ahmad dan Tirmidzi)
Berdasarkan hadis di atas dan hadis-hadis lain bahwa aqiqah dilakukan pada hari ketujuh kelahiran bayi. Namun demikian berdasarkan pendapat imam Malik bahwa penentuan hari ketujuh seperti yang dilihat pada dzahir hadis hanyalah berbentuk anjuran saja. Oleh karena itu, seandainya tidak dapat dilakukan pada hari tersebut, maka beraqiqah pada hari keempat, delapan, kesepuluh atau hari berikutnya sudah memadai.
Aqiqah dituntut bukan saja untuk menghidupkan sunnah Rasulullah saw, tetapi juga untuk menambah rasa syukur dan kegembiraan ibu bapak terhadap anugerah cahaya mata atau zuriat. Di samping itu, hal tersebut juga merupakan latihan untuk umat Islam dalam melakukan sedikit pengorbanan.

5. Mencukur rambut bayi
Di antara sunnah menyambut kelahiran anak ialah mencukur kepala anak pada hari ketujuh kelahirannya. Kemudian bersedekah kepada orang-orang fakir dengan perak seberat timbangan rambutnya itu.
Terdapat beberapa hadis yang menjelaskan perkara ini, antaranya ialah : Dari Ja'far bin Muhamad dari ayahnya, dia berkata : "Fatimah ra. telah menimbang rambut kepala Hasan, Husin, Zainab dan Ummu Kalsum. Lalu dia menyedekahkan perak seberat timbangan rambut tersebut." (HR Imam Malik)
Yahya bin Bakir meriwayatkan dari Anas bin Malik ra., bahwa Rasulullah saw. telah menyuruh agar dicukur kepala al-Hasan dan al-Husin pada hari ketujuh dari kelahiran mereka. Lalu dicukur kepala mereka, dan baginda menyedekahkan perak seberat timbangan rambut. Begitulah yang terdapat di dalam sunnah.

6. Memberi nama
Di antara sunnah menyambut kelahiran bayi ialah memberinya nama dengan nama-nama yang baik. Dari Abu Darda' ra., bersabda Rasulullah saw. : "Sesungguhnya pada hari kiamat nanti kamu akan dipanggil dengan nama-nama kamu dan nama-nama bapak kamu. Oleh karena itu, berilah nama yang baik untuk anak kamu." (HR Abu Daud)
Waktu Memberi Nama
Berdasarkan hadis-hadis Rasulullah saw., ada yang menunjukkan pada hari pertama kelahirannya. Ini berdasarkan hadis riwayat Muslim dari Sulaiman bin al-Mughirah dari Thabit dari Anas ra., katanya, "Rasulullah saw. bersabda : 'Malam tadi telah lahir seorang anakku. Kemudian aku menamakannya dengan Ibrahim.'"
Ada juga hadis yang menunjukan pada hari ketujuh berdasarkan riwayat Samirah, katanya Rasulullah saw. telah bersabda : "Setiap anak itu digadaikan dengan aqiqahnya. Disembelihkan untuknya pada hari ketujuhnya, diberi nama dan dicukur rambutnya." (HR Ashabus Sunan)
Dapat disimpulkan dari hadis-hadis tersebut bahwa islam memberi kelonggaran terhadap waktu pemberian nama anak. Boleh pada hari pertama, boleh dilewatkan pada hari ketiga, dan boleh pada hari ketujuh.
Mewaspadai Nama-Nama Yang Dilarang
Diharamkan pemberian nama dengan:
1. Kata “Abdu” (hamba) yang disandarkan kepada selain Allah swt seperti Abdul Ka’bah (Hambanya Ka’bah) dan Abdul Husain (Hambanya Husain), Abdul Muhammad dan lain-lain.
Nama yang tidaklah layak disandang oleh manusia seperti Malikul Mulk (Raja Diraja).
2. Nama-nama yang mutlak hanya milik Alloh seperti Ar Rohman, Al Kholiq dan Al Ahad.
Ada pula nama-nama yang harus dijauhi seperti:
1. Nama tokoh-tokoh barat yang jelas memusuhi dan memerangi Islam, karena cepat atau lambat nama seperti ini akan menarik kecintaan para pendengarnya.
Nama-nama yang dibenci oleh setiap orang dan tidak layak disandang oleh manusia, seperti Kalb (anjing) dan Hazn (sedih). Nama-nama yang jelek seperti ini hendaklah diganti dengan nama-nama yang bagus, sebagaimana terdapat dalam sebuah riwayat bahwa Nabi mengubah nama seseorang Hazn menjadi Sahl.

7. Memberi nama kunyah
Dibolehkan untuk memberi kunyah kepada anak yang baru dilahirkan, dan telah terdapat keterangan yang menjelaskan tentang hal ini. Hal tersebut berdasarka hadisy Anas bin Malik, ia berkata :"Rasulullah saw pernah mendatangi kami dan aku mempunyai saudara laki-laki yang masih kecil. Lalu beiau mengatakan:"Wahai Abu Umair, apa yang dilakukan oleh nughair itu?" (HR. Bukhori dan Muslim)
Selain itu ada pula keterangan hadist yang menjelaskan mengenai hal serupa. Dalam hal ini Aisyah ra berkata:"Aku berkata: "Ya Rasulullah, seluruh istrimu memiliki kunyah kecuali aku. "Maka Nabi saw bersabda kepadanya: "Berkunyahlah engkau dengan Ummu Abdillah." Maka setelah itu dia dipanggil dengan nama Ummu Abdillah sampai meninggal, dan ia tidak melahirkan seorang anak pun.

8. Khitan
Berkhitan adalah memotong selaput kulit bagian luar yang menutupu kepala zakarlelaki atau memotong sedikit ujung daging yang tumbuh dalam faraj perempuan. Dalam hal ini Rasulullah saw telah bersabda yang artinya ; "Kebersihan itu lima perkara : Berkhitan, mencukur bulu kemaluan, menggunting kumis, memotong kuku dan mencabut bulu ketiak." (Riwayat Bukhori dan Muslim)
Terdapat perbedaan pendapat mengenai hukum khitan ini :
a. Menurut Imam Abu Hanafi dan Imam Hasan Al-Basri mengatakan bahwa berkhitan itu
hukumnya sunat.
b. Sedangkan menurut Imam Syafie, Imam Malik dan setengahnya yang lain mengatakan
bahwa khitan hukumnya wajib. Mereka mengeluarkan hukum berdasarkan pada hadist
Rasulullah saw, yang berarti :"Bagi sesiapapun yang menganut islam, hendaklah
berkhitan sekalipun dari golongan dewasa"
Kapankah waktu terbaik untuk melakukan khitan, kebanyakan ulama berpendapat bahwa berkhitan itu mulanya diwajibkan pada anak-anak sehingga berusia baligh. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan bagi mereka untuk menunaikan hukum syara' yang telah ditetapkan keatas mereka apabila baligh kelak. Akan tetapi berkhitan lebih afdhal dilakukan pada hari pertama dilahirkan. Karena hal ini sangat sesuai dengan hadist Rasulullah saw yang berarti:"Baginda Rasulullah melaksanakan aqiqah itu hasan dan husein serta menghitankan keduanya dalam tempuh tujuh hari (dari hari kelahirannya)". (Riwayat Al-
Baihaqi)

9. Memberikan ucapan selamat (Tahniah)
Antara sunah menyambut kelahiran bayi ialah dimana setiap muslim dianjurkan memberi ucapan selamat dengan mendoakan kesejahteraan anak dan ibu bapaknya, serta turut bergembira.
Firman Allah Ta'ala;
Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang dia sedang berdiri sembahyang di mihrab (katanya), "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya..." (3:39)
Ibnu Qaiyim al-Jauziyah menyebutkan di dalam Tuhfatul Maudud, dari Abu Bakar al-Munzir, bahwa dia berkata: Telah meriwayatkan kepada kami dari al-Hasan al-Basri bahwa seorang lelaki telah datang kepadanya, dan di sisinya ada seorang lelaki yang baru dianugerahi seorang anak kecil. Lelaki itu berkata kepada orang yang mempunyai anak itu:"Selamat bagimu atas kelahiran seorang penunggang kuda." Hasan al-Basri berkata kepada lelaki itu: "Apakah kamu tahu, apakah dia seorang penunggang kuda atau penunggang keledai?" Lelaki itu bertanya: "Jadi bagaimana cara kami mengucapkannya?" Hasan al-Basri menjawab: "Katakanlah, semoga kamu diberkati di dalam apa yang diberikan kepadamu. Semoga kamu bersyukur kepada yang memberi. Semoga kamu diberi rezeki dengan kebaikannya, dan semoga ia mencapai masa balighnya."
Dianjurkan juga mendoakan buat anak tersebut sebagaimana yang dianjurkan oleh seorang ulama’ iaitu Hasan al-Basri :" Moga diberkati anak itu, dan kau pula mensyukuri Tuhan Pemberi, dan kau akan dikurniakan ketaatannya apabila dia besar nanti.”
Doa lain ialah : "Aku memohon keselamatan untukmu dengan berkat kalimat Allah yang sempurna, daripada segala syaitan yang membuat kebinasaan dan dari segala pandangan mata yang dengki."

10. Memberikan pendidikan agama
Mengajaknya bermain tidaklah menafikan pendidikan dan mengajarinya kebaikan. Tidaklah orangtua memberi sesuatu kepada anaknya yang lebih baik dari pada adab yang baik. Dan hal pertama dan terbaik adalah dengan mengajarkan kepada anak-anak untuk menegakkan sholat wajib dan mendorong mereka agar melaksanakannya. Hal ini berdasarkan hadist Nabi saw yang artinya, "Perintahkan anak-anak kalian untuk melaksanakan sholat pada umur tujuh tahun, dan pukullah mereka (jika meninggalkan sholat) pada umur sepuluh tahun, serta pisahkan tempat tidur diantara mereka." (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi).
Dan hendaknya orangtua senantiasa menanamkan didalam hati anak-anaknya rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan juga rasa untuk selalu mendahulukan Allah dan Rasul-Nya di atas yang selainnya. Hal ini berdasarkan pada sabda Nabi Muhammad saw yang artinya, "Tidaklah beriman salah seorang diantara kalian hingga aku lebih dicintai dari ayah dan anak-anaknya serta seluruh manusia." (HR. Bukhori dan Muslim)
Tidak kalah pentingnya adalah mengajari anak untuk selalu mencintai Al-Qur'an. Mengajarkannya membaca dan membimbing anak menghafalkan Al-Qur'an. Sebagaimana Rasul memerintahkan dalam sabdanya yang berarti, "Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya." (HR. Al-Bukhori)
Dan juga sabda beliau saw, "Barang siapa membaca Al-Quran satu huruf saja dari Kitabullah, maka ia mendapatkan satu kebaikan dengannya. Dan satu kebaikan dengan sepuluh kali yang sepertinya. Tidaklah aku mengatakan bahwa alif lam mim itu satu huruf. Akan tetapi alif itu satu huruf, lam itu satu huruf, dan mim itu juga satu huruf. " (HR. At-Tirmidzi)

Disamping ikhtiar dengan pendidikan akhlak yang bagus hendaknya orangtua selalu mendo’akan anak-anaknya agar mereka tumbuh dengan naungan kasih sayang Allah subhanahu wa ta’ala pula. Karena doa orangtua atas anaknya termasuk doa yang mustajab.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Ada tiga doa yang mustajab dan tidak diragukan, doa orang yang teraniaya, doa orang yang sedang bepergian dan doa orangtua atas anaknya.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dihasankan oleh syaikh Al Albani dalam Shohih dan Dho’if Sunan Abu Daud hadist no. 1536)
Sebagaimana para nabi dan rosul dahulu yang selalu berdo’a kepada Allah untuk kebaikan anak cucu mereka.
Do’a Nabi Zakaria ‘alaihissalam sebagaimana firman Allah:
“Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha pendengar doa.” (QS. Ali Imran: 38)
Doa Nabi Ibrahim dan Ismail ‘alaihimussalam: (QS. Al Baqoroh: 128)
“Ya Rabb kami jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anakcucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau.” Sungguh islam adalah agama yang sempurna hingga pendidikan anakpun diperhatikan dengan serius. Namun sangat disayangkan orangtua zaman sekarang jarang memperhatikan pendidikan akhlak bagi buah hatinya lantaran kesibukan mereka atau kejahilan (ketidakmengertian) mereka. Prinsip yang mereka pegang adalah Membahagiakan anak. Namun kebahagiaan yang semacam apa yang ingin diwujudkan oleh sebagian para orangtua tersebut?! Ada yang berpendapat bahagia tatkala anaknya bisa mendapatkan sekolah yang favorit dan menjadi bintang kelas, orang yang berpendapat seperti ini maka akan menggebu-gebu untuk mencarikan tempat les dimana-mana, hingga lupa menyisakan waktu untuk mengenalkan islam kepadanya. Adalagi pendapat bahwa kebahagiaan adalah tatkala si anak tidak kekurangan apapun didunia, orangtua tipe ini akan berambisi untuk mencari materi dan materi untuk memuaskan si anak tanpa disertai pendidikan akhlak bagaimana cara mengatur serta memanfaatkan harta yang baik. Dan ada pula sebagian yang lain bahwa kebahagiaan adalah buah dari keimanan kepada Allah dengan bentuk ketenangan dalam hati; bersabar tatkala mendapat musibah dan bersyukur tatkala mendapatkan nikmat. Namun jarang ditemukan orangtua yang sependapat dengan tipe ketiga ini. Kebanyakan diantara mereka sependapat dengan tipe 1 dan 2. Dan tatkala mereka tiada, mereka akan berlomba-lomba untuk mewasiatkan harta ini dan itu, padahal telah dicontohkan oleh lukman mengenai wasiat yang terbaik. Bukan sekedar harta atau perhiasan dunia melainkan sesuatu hal yang lebih berharga dari keduanya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman melalui lisan lukman:
“Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, ‘Hai anakku janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezhaliman yang besar.’ Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orangtua ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan yang lemah yang bertambah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaKu dan kepada ibu bapakmu, hanya kepadaKulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergaulilah keduanya didunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaKu, kemudian hanya kepadaKu-lah kembalimu, maka kuberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Lukman berkata), ‘Hai anakku sesungguhnya jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu atau dilangit atau didalam bumi niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjaln dimuka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai." (QS. Luqman: 13-19)
Tatkala anak tumbuh menjadi anak pembangkang, suka membantah kepada orangtua bahkan durhaka kepada orangtua, banyak diantara orangtua yang menyalahkan si anak, salah bergaullah, tidak bermorallah atau alasan-alasan yang lain. Bukan… bukan lantaran karena anak salah bergaul saja, si anak menjadi seperti itu namun hendaknya orangtua mawas diri terhadap pendidikan akhlak si anak. Sudahkah dibina sejak kecil? Sudahkah dia diajari untuk memilih lingkungan yang baik? Sudahkah dia tahu cara berbakti kepada orangtua? Atau sudahkah si anak tahu bagaimana beretika dalam kehidupan sehari-hari dari bangun tidur hingga tidur kembali? Jika jawabannya belum, maka pantaslah jika orangtua menuai dari buah yang telah mereka tanam sendiri. Seperti perkataan Ibnul Qoyyim rahimahullah,
“Hendaknya anak dijauhkan dari berlebihan dalam makanan, berbicara, tidur dan berbaur dengan perbuatan dosa, sebab kerugian akan didapat dari hal-hal itu dan menjadi penyebab hilangnya kebaikan dunia dan akhirat. Anak harus dijauhkan dari bahaya syahwat perut dan kemaluan sebab jika anak sudah dipengaruhi oleh kotoran syahwat maka akan rusak dan hancur. Berapa anak tercinta menjadi rusak akibat keteledoran dalam pendidikan dan pembinaan bahkan orangtua membantu mereka terjerat dalam syahwat dengan anggapan hal itu sebagai ungkapan perhatian dan rasa kasih sayang kepada anak padahal sejatinya telah menghinakan dan membinasakan anak sehingga orangtua tidak mengambil manfaat daria anak dan tidak meraih keuntungan dari anak baik didunia maupun diakhirat. Apabila engkau perhatikan dengan seksama maka kebanyakan anak rusak berpangkal dari orangtua.”
Mungkin saat si anak masih kecil belum akan terasa dampak dari arti pentingnya akhlak bagi orangtua namun saat dewasa kelak maka akan sangat terasa bahkan sangat menyakitkan bagi kedua orangtua. Dan perlu ditekankan bahwa akhlak yang baik dari seorang anak adalah harta yang lebih berharga daripada sekedar harta yang kini sedang para orangtua obsesikan.




Sebelum terlambat mulailah saat ini menanamkan akhlak tersebut, dari hal yang sederhana:

1. Dengan memberi contoh mengucapkan salam.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman dan kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Dan maukah kalian aku tunjukkan kepada sesuatu jika kalian mengerjakannya maka kalian akan saling mencintai? Tebarkan salam diantara kalian.” (HR. Muslim)

2. Memperhatikan etika dalam makan
Dari umar bin Abu Salamah radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda kepadaku,
“Sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu serta makanlah dari makanan yang paling dekat denganmu.” (Muttafaqun ‘alaih)

3. Mengajarkan rasa kebersamaan dengan saudara muslim yang lain, misalnya dengan menjenguk orang sakit.
Dari Abu Hurairoh radhiyallahu’anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
“Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima; menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah, menghadiri undangan dan mendoakan orang yang bersin.” (Muttafaqun ‘alaihi)

4. Mengajarkan kejujuran
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu bahwa Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
“Peganglah kejujuran karena sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada kebaikan dan kebaikan menunjukan kepada surga. Seseorang selalu jujur dan memelihara kejujuran hingga tercatat di sisi Allah termasuk orang yang jujur. Dan hindarilah dusta karena kedustaan menunjukkan kepada kejahatan dan kejahatan menunjukkan kepada neraka. Seseorang selalu berdusta dan terbiasa berbuat dusta hingga tertulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Bukhari Muslim)

Akhlak yang baik dari seorang anak akan melahirkan generasi yang baik pula, generasi pemuda yang taat kepada Allah, berbakti kepada kedua orangtua dan memperhatikan hak-hak bagi saudara muslim yang lain. Wallohu a’lam bishowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar