Senin, 27 Juli 2009

ANGGUR MERAH TURUNKAN RESIKO KANKER PARU-PARU

ANGGUR MERAH TURUNKAN RESIKO KANKER PARU-PARU
Cancer Epidemology, Biomarkers and Prevantion, yang merupakan jurnal American Association for Cancer Research, melaporkan bahwa mengkonsumsi anggur merah sekedarnya dapat mengurangi resiko kanker paru-paru pada pria. “Komponen antioxidant pada anggur merah, memiliki sifat melindungi dari kanker paru-paru, khususnya bagi para perokok,” ujar Chun Chao, Ph.D. ilmuwan dari Kaiser Permanente Departement of Research and Evaluation in Pasadena, California, AS.
Analisa data Chao diperoleh dari California Men’s Health Study. Data klinis dari California’s Health System berhubungan dengan data dari 84.170 pria berusia 45 – 69 tahun. Peneliti mendapatkan demografis dan data gaya hidup, dari survey tahun 2000 dan 2003. Ditemukan 210 kasus kanker paru-paru.
Para peneliti melakukan riset dengan mengukur efek dari bir, anggur merah, anggur putih dan konsumsi minuman keras, terhadap kanker paru. Kriteria diantaranya meliputi umur, ras/etnik, penididikan, penghasilan, body mass index (BMI), latar belakang dari penyakit paru-paru kronik atau emphysema, dan merokok. Selama study, dengan mengkonsumsi beberapa gelas anggur merah setiap bulan, rata-rata 2 % resiko kanker paru-paru pada partisipan menurun. Yang paling mengalami penurunan resiko, yakni para perokok yang minum 1-2 gelas anggur merah/hari. Peneliti melaporkan, 60% dapat mengurangi resiko kanker paru pada pria perokok.
Namun, peneliti menyatakan bahwa stop merokok merupakan jalan terbaik untuk mengurangi resiko kanker paru-paru. Sebab, tidak selamanya pria perokok yang minum 1-2 gelas anggur merah / hari terhindar dari resiko kanker paru-paru, disbanding yang tidak merokok.
“Anggur merah diketahui mengandung antioksidan tingkat tinggi yang dinamakan resveratrol. Zat ini banayk terkandung dalam kulit anggur. Senyawa ini menunjukkan manfaat kesehatan yang signifikan, pada studi preklinis,” kata Chao. Dinyatakan, temuannya ini jangan ditafsirkan bahwa mengkonsumsi alcohol tingkat tinggi dianjurkan.
Sumber : Chun Chao, Ph.D, Ethical Digest Semijurnal Farmasi dan Kedokteran No. 57. Th VI. November 2008